Download

Selasa, 12 Juli 2011

DOWNLOAD UNDANGAN RAKORWIL BEM-SI JATIM

Bagi teman-teman aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Strategis BEM Seluruh Indonesia (BEM-SI) wilayah Jawa Timur. Monggo bisa mendownload surat undangan dan proposal RAKORWIL BEM-SI JATIM di sini

RAKORWIL insyallah akan dilaksanakan di Malang. tepatnya di Universitas Brawijaya. semoga dalam moment kali ini, kita sebagai mahasiswa mampu memberikan trobosan baru untuk memperbaiki Indonesia dan JATIM khususnya...HIDUP MAHASISWA!!! HIDUP RAKYAT INDONESIA!!!
Selengkapnya...

Senin, 11 Juli 2011

HARI BERJUANG (RUHUL JADID) VS HARI BERJUANG (GONDES)

sebelum baca, download dulu lagunya. downloadnya di sini

lama sekali tidak mendengarkan nasyid-nasyid aliran banyol. nasyid model gini biasanya nasyid modifikasi. lebih tepatnya modifikasi nasyid haroki jadi nasyid "lebay". nah pas lagi liat-liat folder usang yang ada di leptop. secara tidak sengaja saya menemukan satu folder yang isinya kumpulan nasyid. nama folder ini kurang menarik makanya jarang dibuka, namanya "New Folder" (hehehe).

ternyata folder yang kurang menarik untuk dilihat ini memiliki isi layaknya harta karun. karena di dalamnya terdapat nasyid aliran banyol. pas musiknya diputar, ga terasa saya ketawa cekikikan sendiri (kayak orang gila). asli, nasyidnya banyol banget. saya ga tahu kelompok nasyid apa yang melantunkan ni nasyid. tapi katanya si Ukasah (tetangga kamar), ni yang nyayikan kelompok Gondes. dan lagu ini sudah lama sekali. tapi biar oldiest, nasyid ni dah berhasil membuat senang saya di hari ini...ni kalo semua mau tahu lyric nasyidnya:

Nada Nasyid ini mengadopsi nadanya nasyid "Hari berjuang-Ruhul jadid"

Hari ini-hari ini ada pengajian
Jangan ragu jangan takut undang semua kawan
Walau modalnya panita serba pas-pasan
Luruskan niat hanya Allah satu tujuan
Walau naik bus kota nya berdesak-desakan

Hai mujahid lihat yang duduk di depan kita
Wajahnya damai dan senyumnya cerah ceria
Walau terkadang bolos dikelompok ngajinya
Tetapi murobbi selalu berlapang dada
Ridho membantu seluruh proses ta’arufnya

Hari ini-hari ini ada pengajian
Jangan lupa pasang senyum yang manis menawan
Kasihan saat lihat panitia kelelahan
Kasihan ada panitia yang pusing beneran
Ternyata pusingnya karena masih bujangan

Jadi panitia menyenangkaaaan…
Ada maksud yang disembunyikaaaan…
Silaturohmi yang diutamakan
Semoga ketemu yang diimpikaaaaan…
Kalaupun jodoh wallahu’alam…

Hari ini-hari ini ada pengajian
Maafkan kalau kami terlalu mengesalkan
Hati berdebar kepala jadi nyut-nyutan
Kami harus segera kembalikan pinjaman
Tapi yakin Allah akan mudahkan urusan

Hai mujahid kita jadi pusat perhatian
Walau panitia sibuk menghitung tagihan
Khawatir ada yang belum membayar iyuran
Kadang panitia pada kurang kerjaan
Tapi kita bantu saat mereka walimahan

Hari ini-hari ini ada pengajian
Mohon maaf kalau kami banyak kesalahan
Mohon diri kami harus segera pulang kandang
Ditempat tinggal kami masih banyak cucian
Maklumlah kami semua masih sendirian

Luruskan niat hanya Allah satu tujuan
Walau naik bis kotanya desak-desakan

Luruskan niat hanya Allah satu tujuan!
Selengkapnya...

Minggu, 10 Juli 2011

RACUN ISTILAH

Banyak cara yang dapat digunakan oleh mereka para orientalis untuk menjauhkan ummat dengan ajaran islam. Salah satu cara yang paling ampuh saat ini adalah dengan membuat terminologi-terminologi baru di masyarakat. Atau bahkan dengan cara menyandingkan istilah-istilah ilmiah dengan kata islam (mereduksi kata islam). Terminologi-terminologi tersebut disebarkan dan dipahamkan pada masyarakat dengan gaya yang sangat ilmiah, sehingga secara tidak sadar kita dan masyarakat kita melazimkan terminologi-terminologi tersebut.

Ketika membaca buku ”epistemologi kiri”, saya menemukan sebuah analisa yang cukup mencengangkan terhadap penggunaan terminologi-terminologi yang selama ini lazim kita gunakan. Sebut saja istilah seperti; islam fundamentalis, islam konservatif, islam moderen, dan segala kata islam lainnya yang cukup banyak. Sadar tidak sadar, sebenarnya penggunaan terminologi-terminologi ini akan berdampak negatif bagi perkembangan islam.

Hasan hanafi, seorang pemikir filsafat timur dalam buku epistimologi kiri berpikir bahwa masyarakat islam saat ini disudutkan dengan istilah-istilah negatif. Media massa bahkan filem-filem layar lebar saat ini seringkali mengulang istilah-istilah negatif seperti teroris dan fundamentalis dalam setiap tayangannya. Tidak masalah sebenarnya. Tapi kenapa ketika kita berbicara tentang teroris atau fundamentalis selalu ditujukan pada mereka yang bersorban dan berjanggut? Bukankah ini termasuk dalam hal yang menyudutkan islam?.

Menurut Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya ”fiqih prioritas” juga menyatakan bahwa penggunaan istilah-istilah baru (terminologi baru) adalah satu cara yang paling ampuh untuk memecah belah umat islam di zaman ini. ”Pada hari ini mereka menggunakan baju liberalisme Barat, yang mempertajam senjata pena mereka untuk memerangi Kebangkitan Islam, dan kebangkitan barunya; mengacaukan da'wahnya; menghalangi para dainya; dan menciptakan istilah-istilah baru untuk menjauhkan umat dari agamanya (Islam); seperti: Islam politik, atau fundamentalisme”.

Reduksi ideologi

Sebagai masyarakat muslim yang hidup di lingkungan ilimah, sebenarnya kita harus bisa lebih bijak dalam memilih kata-kata untuk mengistilahkan suatu hal. Harus ada analisa yang dalam sebelum kita melontarkan sebuah istilah. Karena dampak yang akan ditimulkan akan sangat besar jika istilah-istilah tersebut salah diartikan oleh orang awam.

Tidak ada masalah sebenarnya jika kita menggunakan istilah-istilah ilmiah untuk menggambarkan suatu hal. Tapi akan menjadi masalah jika kata-kata ilmiah disandingkan dengan kata islam. Karena ketika kata islam disandingkan dengan kata yang memiliki makna idiologis akan terjadi proses reduksi istilah.

Reduksi istilah adalah proses bergabungnya dua istilah menjadi sebuah pokok bahasan, dan impunan istilah yang mengenai salah satu pokok pemikiran itulah yang sering kita sebut dengan terminologi.

Ketika dua kata ideologis tereduksi maka akan terjadi pertarungan pengaruh dalam istilah yang saling mereduksi tersebut. Sehingga nantinya salah satu istilah pasti akan menjadi dominan dalam terminologi tersebut. Sebagai contoh penggunaan istilah ”islam Kiri”, tanpa kita harus melakukan pembedahan terlalu dalam terkait istilah ini pasti kita akan paham kalu terminologi ini erat kaitannya dengan paham komunisme. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa kata islam tereduksi oleh kata ”kiri”. Islam lah yang diwarnai oleh ajaran karl marx, bukan sebaliknya. Sehingga wajar jika para penganut paham ini lebih kental pemahaman dialektika marxis-nya ketimbang pemahaman akan islamnya.

Istilah paradoks

Jika tadi kita berbicara terkait bahayanya ketika ada kata yang saling mereduksi, maka kali ini pembahasan kita akan terfokus pada istilah-istilah yang disandingkan dengan islam tetapi sebenarnya istilah tersebut paradoks secara substansi dengan ajaran islam.

Istilah-istilah paradoks tersebut sebenarnya sangat berbahaya sekali bila digabungkan dengan kata islam. Karena yang akan terjadi adalah penyimpangan dalam memaknai islam itu sendiri. Sebagai contoh; kata islam fundamentalis, islam tradisional, dan lainnya. Ketika kita menjumpai terminologi-terminologi tersebut tentunya kita akan menjadi bingung. apakah ada istilah kaum fundamentalis dalam islam? dan adakah kaum islam tradisional?

Istilah Fundamentalisme sebenarnya adalah istilah yang lekat dengan kaum gereja yang taat di eropa pada abad pertengahan. Tapi lama kelamaan istilah tersebut akhirnya lazim digunakan sampai sekarang. Dalam pandangan pemikiran barat, istilah fundamentalis adalah sebuah faham kepanutan teguh pada pokok ajaran kepercayaan. Jadi, istilah fundamentalis merupakan sebuah predikat yang diberikan kepada mereka-mereka yang taat akan ajaran agamanya/ golongan fanatik gereja.

Dalam surat Al-Baqoroh ayat 208, kita sebagai muslim diperintahkan oleh Allah SWT untuk memasuki islam dengan menyeluruh. sehingga, menjadi seorang yang taat menjalankan islam adalah memang tuntutan bagi semua muslim. Sehingga seharusnya tidak perlu ada kata ”fundamentalis” dalam kamus ummat nabi muhammad SAW. Kata fundamentalis terlalu dipaksakan jika harus masuk dalam istilah islam. dan seandainya kita ikut-ikutan memboomingkan istilah ”fundamentalisme islam” maka istilah itu kita akan tujukan pada siapa? Ustadz dan ulama kita kah? Kalau ditujukan pada mereka, berarti anda secara tidak sadar menganggap diri anda tidak taat beragama.

Selain istilah fundamentalis, ada pula istilah seperti ”islam tradisional”. Sebenarnya siapakah mereka yang dikatakan sebagai kaum tradisional dalam islam? apakah nabi muhammad SAW dan para sahabatnya? kalau memang ada istilah seperti, berarti islam adalah agama yang tidak dapat menembus dimensi waktu, atau dalam artian tidak dapat selaras dengan perkembangan zaman.

Jika kita berbicara mengenai tradisional atau moderen berarti kita mau tidak mau juga harus berbicara tentang budaya. Karena baik tradisional maupun moderen merupakan sebuah tingkatan peradaban. Dan seseorang dikatakan tradisional atau moderen ditentukan oleh budaya lingkungan sosial. Sehingga subjektif sebenarnya jika kita harus memilah mana yang tradisional dan mana yang modern. Budaya lingkungan sosiallah yang berhak menjadi hakim.

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah swt lewat perantara nabi Muhammad saw. Islam diturunkan oleh Allah swt sbagai pedoman bagi semua ummat manusia untuk menjalankan hidup. Sehingga secara otomatis islam bebas dari pengaruh ruang dan waktu. jadi, apabila tingkat peradaban di tentukan oleh justifikasi budaya lingkungan sosial maka islam tidak dapat dinilai dengan cara seperti itu. Sehingga penggunaan istilah islam tradisional dan islam modern sebenarnya tidak tepat. Kalaupun harus memaksa menggunakan istilah tersebut, siapakah orang-orang yang disebut sebagai kaum islam tradisional? Islam itu hadir karena wahyu, bukan budaya.

Membunuh ummat dengan terminologi

Banyak masalah yang sebenarnya dapat terjadi jika penggunaan istilah-istilah sosial yang dikaitkan dengan islam dibiarkan. Ummat islam akan sangat mudah untuk dikotak-kotakan. Sehingga apabila sudah seperti demikian (terkotak-kotak) akan dengan mudah di adu domba. Dan hal ini bukanlah sebuah hipotesis akan analisa sosial umat islam lagi. Tapi ini sudah menjadi sebuah realita yang memilukan untuk kita saksikan dan rasakan.

Bagi musuh-musuh islam, penggunaan istilah-istilah populer dizaman ini sebenarnya merupakan sebuah taktik jitu untuk menjauhkan ummat islam dengan ajaran agamanya, dengan para ulamanya, dan bahkan dengan saudara seimannya. Istilah-istilah populer yang disandingkan dengan islam sangat tidak tepat dan terkesan sangat negatif. Sehingga phobia akan islam merebak malah dikalangan ummatnya sendiri. Media massa secara sadar atau tidak sadar terlalu sering mempergunakan terminologi-terminologi sesat saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Contohnya, seperti ketika berbicara mengenai berita terorisme belakangan ini. Para pelaku tindak terorisme selalu di identikan dengan para golongan islam fundamentalis. padahal kita tahu, bahwa arti dari fundamentalis sebenarnya tertuju pada mereka yang taat menjalankan ajaran agama. Sehingga dengan pemberitaan macam itu, masyarakat akan phobia dengan institusi-institusi dakwah (islamic center dan pesantren).

Selain menyerang realitas sosial masyarakat. Penggunaan istilah-istilah populer yang disandingkan dengan islam juga akan membuat kekacauan pola pikir (terutama para akademisi). Istilah islam saat ini banyak sekali direduksi oleh ideologi-ideologi barat. Padahal, ketika istilah islam tereduksi oleh ideologi-ideologi tersebut, maka yang akan dijumpai adalah pewacanaan yang tidak berimbang. Lebih kental nuansa ideologi ketimbang ajaran agama. Sehingga, ummat akan semakin jauh dengan ajaran islam yang sesungguhnya.
Selengkapnya...

POLA GERAKAN KULTURAL-STRUKTURAL ISLAM

Menurut Alamarhum KH. Abdurahman wahid, gerakan islam cultural titik tekannya adalah pada terbentuknya masyarakat islami, bukan pada formalisasi islam dalam bentuk Negara. Atau dengan kata lain, gerakan cultural merupakan sebuah pandangan yang lebih menekankan pada substansi bukan formalisasi [1]. Sehingga, wajar jika penganut faham ini menafikan adanya islam politik (gerakan structural). Saking tidak senagnya dengan islam politik, Almarhum Dr. Nurcholis madjit, yang juga merupakan salah satu tokoh yang sepakat dengan gerakan cultural sempat membuat jargon yang cukup nge-trend di tahun 80-an. Yakni, Islam Yes, Partai Islam No![2].

Berbeda dengan gerakan islam cultural, gerakan islam structural merupakan gerakan yang tidak dapat memisahkan antara islam dengan institusi Negara. Menurut Imam Hasan al-banna dalam usul isyrin asas pertama menyatakan bahwa islam adalah menyeluruh, mencakup semua bidang hidup; islam adalah Negara dan watan atau pemerintah dan ummat [3]. Dalam aplikasinya di masyarakat, gerakan structural biasanya akan berwujud sebagai lembaga-lembaga politik. Contoh Negara islam yang biasanya dijadikan contoh bagi kelompok gerakan structural adalah pemerintahan Negara madinah di jaman Rosulullah SAW. karena negara madinah yang mengusung islam sebagai konstitusi Negara terbukti dapat menciptakan masyarakat yang sejahtera.

Perbedaan dua pola pergerakan ini sebenarnya bukan sebuah musibah bagi masyarakat islam, tetapi malah seharusnya di apresiasi sebagai sebuah khasnah. Paling tidak kita menemukan sebuah titik temu pada kedua pola ini, yakni sama-sama menginginkan islam mewarnai kehidupan bermasyarakat. Gerakan cultural titik tekannya ada pada substansi islam, sedangkan islam structural pada formalisasi islam. Intinya, semua dimulai dan kembali pada islam.

Bagi Anis Matta, Lc yang merupakan seorang tokoh tarbiyah, dalam bukunya dari gerakan ke Negara[4]; secara garis besar menyatakan bahwa, malah seharusnya dua pola gerakan ini (cultural dan structural) tidak didikotomikan. Karena gerakan cultural yang menginginkan terbentuknya masyarakat islami implikasinya seharusnya adalah pada terbentuknya tatanan Negara yang islami (gerakan structural). Karena individu yang islami pasti nantinya akan dapat mentransformasikan nilai-nilai ke-islam-an yang dimilikinya dalam bentuk kinerja.

Dikotomi antara gerakan dakwah cultural dan dakwah structural ujung-ujungnya adalah kegagalan dakwah. Karena memang seharusnya dua pola ini bisa saling melengkapi. Bayangkan jika gerakan islam yang cultural tanpa melibatkan orang-orang yang berada pada structural negara?; gerakan dakwah pasti akan sangat lemah dan rentan untuk di dzolimi. Sebagai contoh seperti masa orde baru. masyarakat islami pada masa itu sangat sulit sekali untuk terwujud. karena pemerintahan dictator soeharto benar-benar mempersulit para da’i untuk berdakwah.

Sedangkan gerakan dakwah structural tanpa ada support dari basis cultural pastinya akan menghasilakn pemerintahan yang sangat lemah dan rentan konflik. Karena masyarakat tidak siap untuk merevolusi budaya yang sebelumnya tidak islami menjadi harus islami. wajar saja sebenarnya jika masyarakat saat ini ketakutan bila Negara Indonesia bercorak islam. Betapa tidak, karena memang masyarakat kita belum dikatakan islami. Sehingga kesan dari semua produk-produk hokum adalah memaksa dan memberatkan.
Selengkapnya...

Sabtu, 09 Juli 2011

DOWNLOAD MARS EM UNIVERSITAS BRAWIJAYA

By : Reza Yogaiswara/Ilmu Komunikasi/FISIP/UB/2008
jika ingin download mp3 "MARS EM UB" silahkan kelik di sini

lyric:

Bergerak Maju jangan pernah ragu
Mewujudkan visi birumu
Rapatkan barisan kepalkan tanganmu
Mendobrak realita yang semu


Wahai kawanku apakah dirimu
Hanya terdiam dan terpaku
Angkatlah panjimu kobar semangatmu
Satu suara indonesia baru

Aktivis muda galang cita-cita
Membumbung tinggi mengangkasa
Aktivis muda garda perubahan
Harapan bagi rakyat semesta

Reff:
Kami adalah eksekutif mahasiswa
Universitas brawijaya malang
Teriak lantang solusi kebenaran
Harga mati untuk keadilan (2x)

-----------END----------
Selengkapnya...

Jumat, 08 Juli 2011

SUKAMADE

Saat sedang merapikan folder-folder di drive hiburan ku, tak sengaja aku melihat salah satu folder yang berjudul “sukamade”. Tiba-tiba saja pikiranku terbang melambung ke tempat nan indah di selatan banyuwangi-jember tersebut. Tempat yang banyak orang tidak pernah mendengarnya ataupun mengunjunginya. Tapi aku merasa senang bila tempat itu tetap seperti kemarin saat saya dan kalian mengunjunginya. Aku takut apabila banyak manusia ke sana, keindahan dan kecantikan sukamade akan lenyap.

Ingin tertawa rasanya apabila mengingat kenangan saat 10 hari menetap di sukamade. Masih ingatkah kalian, 10 hari kita habiskan waktu bersama-sama dengan sangat luar biasa. Walaupun selama 10 hari kita hidup tanpa listrik, tanpa sinyal Hp, tanpa warung, dan tanpa segalanya. Tapi kita masih bisa tetap bertahan.

Aku ingat kalau tiap pagi hari kita mencari daun pakis di hutan. Walaupun harus digigit oleh nyamuk-nyamuk hutan. Walaupun hati ini diliputi rasa cemas akan kehadiran harimau jember. dan walaupun kulit kita harus merasakan tajamnya duri-duri semak. Kita tetap ceria dan terus melakukan hal itu selama 10 hari lamanya. Karena daun-daun pakis itulah penopang rasa lapar kita di pagi hari.

Di sore hari kita selalu mengais-ngais pasir pantai dengan harapan dapat menemukan kerang-kerangan untuk makan malam. Kita habiskan sore hari dengan sangat indah. Berlari-lari dari kejaran ombak, membiarkan diri di terpa angin selatan, dan tentu saja setiap sore kita menunggu perpisahan dengan matahari. Melihat indahnya langit memerah...

Sedangkan di malam hari yang dingin, kita selalu terjun kepantai. Dengan tidak membawa alat penerangan kita habiskan waktu dengan mengawasi penyu-penyu yang mendarat. Kita selalu berjalan menelusuri pantai dari barat ke timur yang jaraknya hampir 3 km. Belaian angin pantai adalah selimut kita. Desiran ombak adalah lantunan musik pengiring malam. Pasir pantai adalah kasur bagi punggung yang lelah. Dan tawa canda kalian adalah penghangat sekaligus semangat bagi ku. Kalau kalian menyadarinya kawan, kita melakukan itu selama 10 hari.

Sukamade benar-benar tempat yang indah...i love sukamade...
Selengkapnya...