Download

Jumat, 02 Desember 2011

TAHAJUD PERTAMA

saya masih sangat kecil sekali ketika pertama kali melakukan tahajud. Jika diingat-ingat sepertinya saya melakukan tahajud pertama saat masih duduk disekolah dasar. Antara kelas satu, dua atau tiga. saya agak lupa. Yang saya ingat, ketika itu kami sekeluarga masih tinggal di Jl. Melur IV Depok, dan saya rasa ketika itu Tengku M. Faisal juga belum lahir. Yah, kira-kira saat itu masih SD dan belum kelas tiga.

Sebenarnya saya mendapati istilah tahajud pertama kalinya ketika saya ngaji di TPA. Para Ustadzah yang mengenalkannya. lho kok para ustadzah? Yah, ditempat saya menimba ilmu kehidupan itu tidak ada ustadznya. seingat saya, ustadzahnya ada tiga. Saya lupa nama-nama beliau. Yang masih tersimpan di memory otak saya adalah alamat rumah-rumah mereka. Ada ustadzah yang tinggal di jalan Melur, ada ustadzah yang tinggal di jalan Jati, dan yang terakhir ustadzah yang tinggal di jalan Siak (deket stadion depok). Jadi mereka bertiga inilah yang bahu membahu mengupgread win kecil untuk menjadi anak yang soleh. Semoga Allah melindungi mereka dan segenap keluarga mereka.

Sebenarnya banyak pertanyaan yang muncul di benak saya pasca mendapatkan materi tentang sholat-sholat sunnah, terutama tahajud. “Buat apa sholat banyak-banyak? Lha sholat lima waktu aja susah bener istiqomahnya” pikirku saat itu. Pulang ngaji saya langsung menghadap ibu. Saat itu langsung saya tanya kan kepada beliau mengenai sholat tahajud. “Ma, buat apa kita sholat tahajud?”. Beilau jawab “hmm, kalau sholat tahajud, nanti Allah akan mengabulkan tiga permintaan kamu. Langsung dikabulkan”. Mendapat penjelasan demikian angan-angan win kecil mulai liar tak terkendali. Beberapa harapan muncul dalam otak. Tapi saya lupa apa yang saya minta saat itu. “nanti malam mau tahajud sama Mamah?” tanya ibu. “iya mau, tapi kapan sholat tahajudnya?” jawabku penuh semangat. “Nanti malam mamah bangunin”. “oke” saya girang. karena kalau saya tahajud, maka Allah akan mengabulkan tiga harapanku.

Malam berjalan sangat lambat. Tiap detak dari jarum detik jam dinding kamar benar-benar sangat memberatkan. Saya sangat khawatir tidak bisa bangun malam. Sampai akhirnya, aku bisa tertidur dikarenakan ibu memberikan jaminan kalau malam ini kita akan sholat tahajud. Beberapa jam saya tak sadarkan diri dalam tidur. Semua berubah menjadi bukan mimpi ketika saya secara sadar melihat jam dinding menunjukan pukul dua pagi. Dengan semangat saya langsung turun dari kasur dan mengambil air wudhlu. Tidak sabar rasanya meminta semua yang saya inginkan pada Allah SWT.

Pertama kali sholat tahajud, saya menjadi makmum dari ibu. Yah saat itu saya belum berani jadi Imam. Saya belum hafal beberapa bacaan sholat. Jadi saya pasrahkan jabatan imam kepada ibu. Saya bigung apa yang harus saya baca ketika sholat tahajud. Bagi saya saat itu, bacaan sholat tahajud pasti khusus. Karena sholat ini benar-benar sangat special. sehingga saya tidak baca apa-apa dalam sholat. Saya cuma ikutin gerakan ibu dari awal sampai akhir. Habis sholat saya makin tegang. Apalagi ketika ibu menyuruh saya berdo'a. Dan dengan semngat power ranger (tokoh yang populer saat itu selain presiden Soeharto) saya ucapkan semua keinginan saya. Dan sholat pun berakhir.

Saya lupa apa saja permintaan yang saya minta ketika itu. Semoga saja saya tidak minta dirubah jadi belalang tempurnya satria kotaro minami. Atau minta agar badan saya berubah jadi besi seperti jiban (tokoh lain yang berpengaruh saat itu selain power ranger, kotaro minami, dan menteri penerangan pak Harmoko). Apapun do'anya yang pasti Allah pasti merencanakan segala yang terbaik baik saya. Mungkin saja apa-apa yang saya dapatkan saat ini salah satunya adalah karena dampak do'a saya ketika itu.

Saya sangat berterimakasih pada ibu. Karena beliau menjawab pertanyaan yang saya ajukan dengan tindakan nyata. Bukan malah menambah beban pikiran si win kecil dengan berbagai penjelasan terkait sholat tahajud yag sangat sulit dicerna logika saya saat itu. Beliau rela bangun malam menemanai saya yang diliputi dengan banyak tandatanya. Dan memberikan harapan bagi saya untuk meminta segala permintaan pada Allah. Semoga calon pendamping hidupku juga melakukan hal yang sama seperti ibu. Menjadi pendidik yang teladan bagi anak-anaknya.

Keesokan harinya ibu bertanya. “nanti malam tahajud lagi ga?”. “enggak ah, nunggu cita-cita yang kemarin terkabul dulu aja” jawabku polos sambil memunguti kelereng yang berserakan dibawah kursi.
Selengkapnya...