Download

Sabtu, 08 November 2008

tangisku untuk mu


rintik hujan kian lama kian besar. lampu jalan pun kian lama kian meredup. aku yang hanya berbalut kemeja mulai merasakan dinginnya belaian angin di sore ini. kutengok kanan dan kiri jalan, yang kutemukan hanyalah pemandangan kosong nan indah. kutengok langit, aku hanya mendapati butiran-butiran air hujan menerpa mataku.
kota malang cantik rupawan bila sepi. tidak ada kegaduhan dan kelakson kendaraan. asap kendaraan yang tadi tebal kini berganti dengan embun yang menyegarkan. aku senang dengan keadaan ini, walaupun aku harus rela terjebak dalam hujan.
sudah 10 menit aku duduk di halte depan kampusku. menunggu hujan reda. tapi hujan tak urung reda bahkan kian lama kian deras. aneh rasanya saat-saat seperti ini. aku ingin hujan reda tetapi aku tidak ingin meninggalkan suasana ini.
langit mulai gelap. suasana sore ini sangat indah. aku merasa ada paduan warna yang aneh disekelilingku, warna sore pucat. aku suka pemandangan sore ini. saat aku berdiri dari dudukku, tiba-tiba ada panggilan aneh yang menginginkanku untuk ikut dalam keindahan ini. suara ajakan itu makin lama makin jelas. bahkan kini suara itu brubah menjadi nyanyian yang menyejukan hati. aku tak tahan kawan.
aku pun melompat ke jalan, tubuh ini langsung diterpa oleh butiran hujan yang menyejukan. aku berputar-putar dan berusaha untuk menangkap angin sore, tapi aku tak mendapatkannya. selanjutnya ku angkat kedua tanganku, dan dengan sekuat tenaga aku meloncat. aku ingin menggenggam langit sore. tapi tak bisa. aku bahagia sore ini, karena aku bisa merasakan manisnya cinta alam kepadaku.
saat alam mentertawakan kebodohanku tiba-tiba ia jatuh tersungkur. aku kaget. aku berusaha meraihnya tapi tidak bisa. aku bingung, karena tiba-tiba banyak cahaya bundar menabrak butiran-butiran hujan yang indah. aku sedih. nyanyian alam kini rusak oleh kelakson-kelakson kejam yang tak peduli akan seni. aku lari menuju kembali ke halte. aku menangis karena aku tak bisa melindungi alam. dia kini tersungkur di jalan, ditabrak para manusia penjajah. aku diam. kupandangi langit. hujan telah reda...

Tidak ada komentar: