Download

Jumat, 12 September 2008

Antara cinta dan nafsu


“Adalah benar bagi seorang muslim untuk tidak menyikapi cinta yang belum saatnya. Sesuatu yang seharusnya diketahui oleh seluruh remaja muslim seperti kita. Namun, mungkin aku terlalu keras dengan hal itu”. ( Ali Imron El-Shirazy )
Coba kita lihat di sekeliling kita, lebih banyak mana antara perempuan yang kehilangan keperawanannya karena diperkosa, dan perempuan yang hilang keperawanannya karena mengatasnamakan cinta? Ternyata keperawanan yang hilang atas nama cinta jauh lebih besar daripada yang diakibatkan oleh pemerkosaan, ya kan? Hubungan itu biasanya diawali oleh laki-laki dengan ajakan, rabaan, bahkan cumbuan. Namun pada akhirnya, terbukti bahwa pihak perempuan yang melanjutkan awalan-awalan itu karena tidak dapat menahan diri.
“kita seharusnya sadar tentang apa yang kita lakukan. Apakah yang selam ini kita lakukan benar atas nama cinta? Atau malah hanya karena nafsu sesaat?”
Dengan pacaran atau sebagainya yang sama dengan itu, banyak orang yang terlena dan melupakn jalan kebenaran. Yang perempuan tidak pernah sadar bahwa bahaya yang paling mengancam sebenarnya adalah pacaranya sendiri. Mereka selalu marah jika ada orang lain menyentuh mereka maupun sekedar memandangi mereka dengan tatapan liar. Namun mereka membiarkan pacar mereka menggerayangi diri mereka, yang bahkan lebih daripada dua hal tadi. Padahal, perempuan-perempuan itu tidak mendapatkan jaminan apa-apa bahwa pacar mereka akan mau bertanggung jawab atas setiap hal yang mereka lakukan. Dengan mempunyai seorang pacar, mereka merasa akan terlindungi, tetapi mereka tidak tahu kalau pacar mereka juga bisa menghancurkan mereka. Perempuan selalu ngeri bila membayangkan seandainya dia diperkosa. Namun uniknya, mereka membiarkan pacar mereka sendiri “memperkosa” mereka. Mereka lupa bahwa iblis bukan hanya datang dengan wajah buruk, tetapi ia juga datang dengan wajah yang tampak baik dan lembut, dengan tujuan yang sama. Sementara yang laki-laki juga sama. Mereka diberi kepercayaan oleh pacar mereka untuk menjaga dan melindungi pacar mereka itu dari segala hal buruk yang mungkin akan menimpa mereka. Namun, karena mereka telah dijadikan sebagai pelindung bagi pacar mereka, mereka pun merasa telah memiliki dan berhak atas pacar mereka itu. Hingga akhirnya, justru mereka sendirilah yang menjadi hal buruk yang kemudian menimpa pacar meraka sendiri. Bukannya melindungi, malah menodai. Semua itu terjadi karena mereka masing-masing merasa telah mempunyai hak dan kewajiban atas yang satu dan yang lainnya. Mereka merasa mempunyai hak dan kewajiban dalam naungan ikatan pacaran. Mereka baru akan sadar bahwa hak dan kewajiban itu tidaklah pernah ada setelah segala sesuatunya sudah terlambat. Seperti saat kata hamil muncul.
”Ironisnya mereka mengatas namakan semua hal itu, atas nama cinta. Aku jadi kasihan dengan cinta, ia semakin lama semakin hitam dan menanggung malu atas setiap hal buruk yang mengatasnamakan dirinya”. (Bismillah..., ini tentang cinta, Ali imron El-Shirazy)

Tidak ada komentar: